PerjalananPendakian Gunung

Pendakian Gunung Prau Insiden di Jalur Dieng

Pendakian Gunung

Kali ini saya akan menceritakan sedikit dari Pendakian Gunung Prau yang saya lakukan beberapa waktu yang lalu. Sesuai judul Pendakian Gunung Prau Insiden di Jalur Dieng, Pendakian ini kami lakukan pada tanggal 20–22 April 2018. Sudah sejak lama saya merencanakan untuk menikmati Pendakian Gunung Prau dan berswafoto membelakangi Gunung kembar Sindoro – Sumbing.

Seperti gambar yang ada disalah satu air mineral yang ada di pasaran. View  Sindoro-Sumbing menjadi salah satu daya tarik para pendaki untuk mengunjungi Gunung Prau. Pendakian Gunung Prau ini bersifat share cost  dan diadakan oleh salah satu teman saya yang pernah bersama-sama mendaki Gunung Ungaran.

Tiba di Meeting Point

Yaitu Ricky dan Kimel, mereka selaku narahubung trip merencanakan Pendakian Gunung Prau sejak bulan Februari 2018. Hari H pun tiba, kami meeting point pada hari jumat 20 April 2018 jam 20.00 WIB bertempat di lapangan parkir dekat lampu merah UKI. Kalau biasanya saya mengikuti trip Backpacker Jakarta dan meeting point di sekretariat BPJ, lain halnya dengan trip kali ini. Trip kali ini bukan dari BPJ melainkan trip yang direncanakan sendiri.

Sekitar pukul 9 malam saya baru tiba di meeting point yang dijanjikan, sedikit rasa cemas ketika di jalan apakah saya terlambat atau tidak. Ternyata sewaktu saya sampai masih banyak peserta yang belum hadir. Syukurlah saya belum terlambat, sedikit telat karena saya janji dengan Fine dan menunggu dia aga lama, untuk berangkat bersama ke tempat meeting point.

Perjalanan Menuju Dieng dimulai

Beberapa peserta banyak yang datang terlambat, alhasil kami baru melakukan perjalanan sekitar pukul 11 malam, perjalanan menuju Base Camp Pendakian Gunung Prau via jalur Dieng pun dimulai. Kami yang berjumlah 33 orang menaiki bus ukuran ¾. Dari Jakarta sampai berhenti di rest area Brebes kami tidak menemui kendala apapun.

Namun setelahnya, supir menyadari bahwa bus kami salah megambil jalan. Seharusnya melawati wonosobo, tetapi supir malah mengambil jalan lain. Biarpun salah jalan, kami tidak tersasar namun akan menambah panjang perjalanan lebih lama.

Ditambah lagi saat melwati jalan yang sepi jantung saya terus-terusan berdegub kencang. Kegilaan supir membawa bus ugal-ugalan membuat saya dan sebagian teman-teman terus-terusan khawatir. Bagaimana tidak, hampir beberapa kali bis kami menabrak kendaraan lain.

Lantunan doa dan istigfar dalam hati saya terus terucap manakala supir terus-terusan mengebut. Sekitar 2 jam lagi akan sampai Dieng napas kami sedikit lega, jalanan yang terus menanjak membuat mobil bus tidak bisa kencang maksimal. Seperti ketika jalan di jalanan yang lurus dan sepi.

Pendakian Gunung Prau Base Camp Dieng
Sebelum sampai Base Camp Prau

Ketika 1 jam lagi hampir sampai, kami semua harus turun dari bus. Bus tidak kuat menanjak karena kelebihan beban mungkin, jadi kami harus turun dari dalam bus. Cukup menguras tenaga, sebelum mendaki kami harus berjalan sampai bus benar-benar bisa kami naiki.

Yuk Baca Juga Artikel Tentang Gunung dan Pendakian Lainnya :

Gunung Tangkuban Perahu, Tempat Wisata Legenda di Bandung.

Tempat Wisata Gunung yang Ada di Lembang

Sampai di Base Camp Pendakian via Dieng

Sekitar jam 2 siang kami baru tiba di Base Camp Pendakian Gunung Prau, seharusnya dari Jakarta menuju Dieng bisa ditempuh dengan waktu sekitar 8 jam. Namun kali ini kami menempuh perjalanan hampir 15 jam lamanya. Sejenak kami beristirahat di Base Camp dan packing ulang tas cerrier kami. Tidak lupa sebelum berangkat menuju pos registrasi kami berfoto ria terlebih dahulu di tempat iconic yang ada di Dieng.

Pendakian Gunung Prau Base Camp Dieng
Istirahat di Base Camp Dieng

Dari Base Camp kami jalan kaki melewati perkampungan warga sekitar 5 menit untuk ke tempat Pos registrasi Pendakian. Kami istirahat lagi sejenak sambil menunggu antrian tiket dan registrasi. Tidak lupa berswafoto lagi di tempat yang menurut kami bagus untuk diunggah di media sosial.

Pendakian Gunung Prau Base Camp Dieng
Registrasi di Base Camp Dieng

Yuk Baca Juga Artikel Tentang Gunung dan Pendakian Lainnya :

Danau Gunung Tujuh, Surga Tersembunyi di Balik Gunung kerinci.

Pendakian Gunung Kerinci: Menapaki Atap Sumatera.

Pendakian Gunung Prau dimulai

Sebelum memulai Pendakian, tidak lupa kami berdoa sejenak. Untuk meminta lindungan kepada Tuhan supaya perjalanan kami dimudahkan. Kami mulai bergerak dari pintu gerbang Pendakian sekitar jam 3 sore. Jalan yang landai dan hanya sedikit menanjak tidak begitu menguras tenaga. Ditambah lagi cuaca sedang cerah menambah semangat kami untuk segera sampai ke Puncak.

Pendakian Gunung Prau Base Camp Dieng
Pintu Gerbang Pendakian Gunung Prau Jalur Dieng

Sekitar 10 menit perjalan insiden pertama muncul padahal kami belum sampai di Pos 1, tiba-tiba teman kami Fauziah pingsan. Beruntung kami semua tidak ada yang panik, dengan tenang kami mendekatkan minyak angin ke hidungnya dengar sedikit tamparan-tamparan agar dia tersadar. Akhirnya Fauziah  pun bisa pulih kembali, kami sempat ragu antara membawa Fauziah ke Puncak atau kami antar ke base camp.

Namun setelah ia meyakinkan  kami kalau masih sanggup untuk melanjutkan Pendakian sampai Puncak. Rombongan kami mulai berjalan kembali dengan terus memantau keadaan Fauziah, tak lupa juga saya menemani Fine sepanjang perjalanan. Karena saya yang mengajak Fine sahabat saya dalam Pendakian ini. Sedikit ada rasa was-was mengajak perempuan yang Cuma 1 kali naik Gunung Papandayan di tahun 2013.

Selepas Pos 1 kami tidak menemui kendala lagi, kami sesekali istirahat sebentar di tengah jalur dan di Pos selanjutnya. Karena jalur Pendakian sudah mulai menanjak dan sesekali juga kami dapat bonus jalan yang landai. Hari pun semakin sore, bias-bias cahaya senja sudah mulai nampak. Begitupun di sisi kanan jalan mulai terlihat Gunung Sindoro yang menampakan kegagahanya.

Pendakian Gunung Prau Base Camp Dieng
Istirahat sejenak

Yuk Baca Juga Artikel Tentang Gunung dan Pendakian Lainnya :

Pendakian Gunung Papandayan

Pendakian Gunung Slamet via Jalur Bambangan

Dari perjalanan Pos 1 hingga Pos 3 kami sudah tidak menemui kendala lagi.  Insiden tadi sempat membuat kami tegang, tetapi karena kekompakan tim kami berhasil mengatasinya dengan baik. Keadaan mulai sedikit gelap, sesampainya di Pos 3 kami mulai mempersiapkan headlamp, senter, dsb.

Insiden kedua yang Mencekam

Lanjut perjalanan dari Pos 3 dengan hari yang semakin gelap, tidak lupa sesekali saya mengabadikan momen ketika sedang di jalur. Maghrib berkumandang di tengah perjalana, saya berteriak meminta tim untuk istirahat sejenak. Tetapi mereka tetap berjalan, di sini saya sedikit khawatir dan bingung. Antara menunggu azan tetapi saya ditinggal rombongan, atau tetap berjalan.

Pendakian Gunung Prau Base Camp Dieng
Menjelang azan maghrib

Saya memutuskan untuk tetap berjalan dengan rombongan dan sedikit ada rasa was-was. Benar saja rasa was-was dan khawatir saya terbukti, lagi-lagi Fauziah pingsan disaat hari sudah gelap. Dan setelah itu juga dia berteriak sejadi-jadinya seperti orang kesurupan. Hari yang sudah gelap ditambah dinginnya angin malam menambah ketegangan kami yang masih berada di jalur yang masih di tengah hutan.

Fine yang sedari tadi berjalan di dekat saya pun sudah mulai ketakutan. Saya berusaha menenangkanya karena posisi kami adalah paling terakhir dan posisi Fauziah juga teman-teman ada di depan. Suasana mencekam tatkala salah seorang dari kami membaca ayat kursi dan teriakan Fauziah membuat kami semakin khawatir.

Bayangkan saja, saat itu sudah malam dan kami masih di hutan dengan stamina menurun dan rasa lapar yang menggelegar. Harus mengahadapi situasi yang buruk. Akhirnya suasana mencekam pun reda manakala Fauziah sudah sadar berkat kerjasama tim yang kompak.

Yuk Baca Juga Artikel Tentang Gunung dan Pendakian Lainnya :

Pendakian Gunung Merbabu via Selo

Melanjutkan Perjalanan

Perjalanan kami lanjutkan dan sudah semakin dekat karena kami sudah berjalan di tengah sabana yang luas. Sesampainya di tempat camp, kami disambut dengan gerimis yang memaksa tim untuk sesegera mungkin mendirikan tenda. Usai tenda tegak berdiri kami langsung berganti pakaian kering agar tidak terkena hipotermia. Dan langsung membuat masakan untuk santap malam juga beristirahat.

Tak terasa pagi sudah datang dengan gagahnya, seraya membuka mata dan keluar tenda untuk menikmati udara pagi. Para pendaki sudah mulai ramai memadati Puncak Gunung Prau. Beruntung, pagi ini cerah sehingga saya dan teman-teman bisa menikmati pemandangan dua Gunung kembar Sindoro & Sumbing.

Pendakian Gunung Prau Base Camp Dieng
PuncakGunung Prau

Selesai menikmati Puncak, berswafoto, juga memasak untuk sarapan. Kami mulai packing untuk kembali turun dan siap-siap untuk pulang. Untuk pulang, kami memilih jalur Patak Banteng. Karena sudah direncanakan sejak awal Pendakian jalur yang dilalui adalah Dieng dan Patak Banteng.

Sungguh luar biasa jalur Patak Banteng ini, karena bukan saja pemandanganya yang indah tetapi macetnya yang parah. Iya macet, ini adalah pengalaman pertama saya turun Gunung macet, meskipun macetnya tidak parah. Tetapi ini menjadi pengalaman yang unik.

Di tengah perjalanan kabut mulai menebal dan rombongan kami mulai terpisah. Seperti biasa, saya jalan berdua dengan Fine. Saat mulai gerimis saya mengajak Fine untuk berteduh sejenak di warung yang ada di jalur Pendakian. Benar saja hujan turun semakin lebat, dan beruntung kami sudah berteduh di warung.

Pendakian Gunung Prau Base Camp Dieng
Sehabis hujan bersama Fine

Tidak begitu lama hujan kembali reda, saya dan Fine mulai melanjutkan perjalanan turun ke Base Camp Patak banteng. Jalan yang licin dan penuh genangan membuat kami harus extra hati-hati agar tak terpeleset. Sesampainya di Base Camp, kami semua mandi di toilet umum, makan dan packing ulang untuk kembali pulang.

Perjalanan Pulang

Ketika perjalanan pulang dari Pendakian Gunung Prau, saya kira supir akan berhenti di rumah makan antara jam 7 atau jam 8 malam. Tetapi sampai jam 9 malam tetap saja ia tetap asik sendiri dengan pedal gas dan kemudinya. Ditambah lagi seperti orang kesurupan, lagi-lagi supir ini mengemudikan laju mobil dengan ugal-ugalan.

Kembali kalimat zikir saya ucap pelan agar rombongan tim bisa selamat sampai rumah makan. Karena sudah tak tahan perut saya menahan lapar. Dan di tengah perjalanan pun, si Fauziah kebelet ingin buang air kecil. Sungguh kasihan, sudah berapa pom bensin dilewati supir padahal dia sudah bilang tidak tahan.

Malah salah seorang dari kami memberinya pelastik kecil untuk dia buang air kecil di dekat pintu belakang. Gelak tawa seisi bus memecahkan susana kami yang kelaparan. Akhirnya bus berhenti di Musolah pinggir jalan untuk memberikan Fauziah sedikit kebahagiaan. Jam 10 malam kami baru berhenti di rumah makan, sedikit kesal saya kenapa tidak dari tadi saja berhenti untuk makan. Tetapi kekesalan reda saat saya melihat lauk pauk berjejer di meja makan prasmanan.

Perut sudah terisi kenyang, kami melanjutkan perjalanan kembali ke Jakarta. Pendakian kali ini sukses kami lakukan, karena kekompakan tim. Juga masing-masing dari kami tidak mengedepankan ego ketika mendaki. Patut untuk diingat, hakikat dari mendaki Gunung adalah kembali pulang ke rumah dengan selamat. Masih ada Ibu, Ayah, Kakak, Adik, Teman, Sahabat, Gebetan, ataupun Mantan, yang menantikan cerita kita saat pulang ke rumah.

Jaga dan terus lestarikan alam kita, di manapun kita berada di Gunung ataupun tempat lainya. Sudah sepatutnya kita menjaga kebersihan juga sikap & kesopanan.

~Sekian…

Dayu Anggoro

Penyandang disabilitas yang hobi jalan dan kulineran. (Follow IG & twitter @abangdayu- email dayuag16@gmail.com)

Related Articles

4 Comments

  1. jadi inget pendakian waktu masih muda dulu ke gunung prau dulu via patak banteng cuma belum sempet nulis di blog heheh…naik antri karena pas agustusan start dari basecamp jam 10 malem nyampe pucuk jam 1an…adem benerrr waktu itu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker