Ulasan

Wanita dan Kusta: Bagaimana Perempuan Berjuang Dalam Melawan Stigma?

Membahas tentang wanita dan kusta, penyakit ini sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu. Penyakit kusta bagi wanita dianggap sebagai momok yang sangat menakutkan, selain berpengaruh pada kondisi fisik. Penyakit kusta juga dapat merusak mahkota kecantikan pada wanita yang mengalaminya, karena karakteristik penyakit tersebut sangat merusak tubuh dan bersifat opurtunistik.

Ditambah, selama berabad-abad orang yang terinfeksi kusta sering kali diasingkan dari masyarakat. Stigma sosial terhadap kusta membuat banyak penderita menghadapi diskriminasi dan isolasi.

Ohh ya kawan, sejarah singkta tentang kusta, pada abad ke-19 seorang dokter berkebangsaan Norwegia bernama Gerhard Armauer Hansen. Menemukan bahwa kusta disebabkan oleh bakteri bernama Mycobacterium leprae. Penemuan ini merupakan langkah penting dalam memahami penyakit kusta dan membantu dalam pengembangan perawatan lebih lanjut.

Dan pada abad ke-20, ditemukanlah obat yang efektif untuk mengobati kusta, seperti antibiotik dapsone. Hal ini mengubah pandangan terhadap penyakit kusta, dan isolasi paksa penderita kusta menjadi berkurang. Perawatan modern telah memungkinkan banyak orang untuk sembuh sepenuhnya dari kusta.

Faktor Risiko Kusta Pada Wanita

wanita dan kusta
Sumber: Freepik/karlyukav

Terdapat beberapa faktor dan juga risiko tertularnya kusta pada wanita, seperti berikut ini:

  • Kontak Terdekat dengan Penderita Kusta: Salah satu faktor risiko utama untuk terinfeksi kusta adalah kontak dekat dengan penderita kusta. Karena wanita sering memiliki peran sebagai pengasuh keluarga, mereka mungkin lebih sering berinteraksi dengan anggota keluarga yang terinfeksi. Kontak yang berkepanjangan dengan penderita kusta dapat meningkatkan risiko penularan penyakit ini.
  • Sistem Kekebalan Tubuh yang Lemah: Wanita dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah atau yang mengalami gangguan kekebalan, seperti contohnya infeksi HIV atau kondisi medis lainnya, lebih rentan terhadap infeksi kusta. Sistem kekebalan yang kuat dapat membantu melawan bakteri penyebab kusta.
  • Perilaku Hidup dan Kebiasaan: Beberapa kebiasaan dan perilaku hidup juga dapat meningkatkan risiko wanita terkena kusta. Misalnya, pola makan yang tidak teratur, merokok, dan konsumsi alkohol berlebihan dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh juga meningkatkan risiko infeksi kusta. Selain itu, kebiasaan hidup yang kurang sehat, seperti nutrisi yang buruk dan kurangnya kebersihan, juga dapat berkontribusi pada penularan penyakit ini.
  • Kegagalan Mendapatkan Perawatan Tepat Waktu: Wanita yang tidak segera mencari perawatan medis jika mereka merasakan gejala kusta mungkin lebih rentan terhadap komplikasi penyakit ini. Penting untuk mengenali gejala kusta, seperti bercak kulit yang tidak nyaman atau mati rasa, dan segera ke puskesmas terdekat untuk mencegah penyebaran penyakit ini.

Berbagai macam problem dari faktor dan risiko tersebut, menjadikan semua orang yang terkena kusta sulit keluar dari masalah yang dihadapi. Serta ada tuntutan kemampuan untuk mandiri dalam mengatasi penyakit mereka. Lalu bagaimana wanita dengan kusta dapat tetap berkarya dan juga tetap mandiri, seperti apa strategi adaptif wanita dengan kusta dalam menjalani hidup bermasyarakat?

Talkshow Ruang Publik KBR Tentang Wanita dan Kusta

Wanita dan Kusta
Talkshow Wanita dan Kusta

Pada hari Rabu tanggal 30 Agustus 2023 yang lalu, saya mengikuti talkshow Ruang Publik KBR yang disiarkan live dari youtube Berita KBR. Acara yang bertajuk Wanita dan Kusta ini merupakan rangkaian suara untuk indonesia bebas kusta suka.

Menghadirkan pembicara yaitu Kak Yuliati Ketua PerMaTa dan juga orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK) Perempuan dari Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan.

Awal Kak Yuliati tahu kalau dirinya mengalami kusta terjadi pada tahun 2011, tetapi ada jeda waktu satu tahun untuk berobat. Alasannya, karena Kak Yuliati ingin mencari informasi lebih lanjut dan meyakinkan diri kalau ia benar-benar mengalami penyakit kusta.

Sehingga waktu itu setelah yakin kalau Kak Yuliati terkan kusta, ia sempat menyembunyikan fakta tersebut dari keluarga dan bahkan sempat putus kuliah. Singkat cerita… setelah Ka Yuliati memberi tahu keluarga kalau dirinya terkena kusta, akhirnya ia didampingi oleh keluarga untuk berobat ke puskesmas dan melakukan pemeriksaan.

Selanjutnya Kak Yuliati mendapatkan pengobatan yang awalnya hanya enam bulan saja,  tetapi setelah dilakukan berbagai macam pemeriksaan lebih lanjut, akhirnya pengobatan Kak Yuliati dilanjutkan hingga satu tahun penuh.

Respon dari keluarga Kak Yuliati saat tahu kalau ia terkena sangat menerima apa adanya dan mendukung penuh saat proses pengobatan, sampai Kak Yuliati dinyatakan sembuh. Proses bangkitnya Kak Yuliati dalam melawan keterpurukan dari penyakit kusta ini, karena ia masuk ke dalam suatu organisasi yang bernama PerMaTa.

Perhimpunan Mandiri Kusta

PerMaTa (Perhimpunan Mandiri Kusta) merupakan organisasi yang resmi beridiri sejak 15 Februari 2007 di Wisma PGI – Jalan Teuku Umar No.17, Jakarta Pusat. PerMaTa merupakan wadah untuk orang-orang yang sudah atau sedang mengalami kusta, PerMaTa hadir untuk memperjuangkan kesetaraan, mengurangi stigma, serta diskriminasi terhadap orang yang sedang atau pernah mengalami kusta.

Di organisasi tersebut Kak Yuliati dan teman-teman anggota bisa sharing pengalaman satu sama lain, saling menguatkan, dan juga saling memberi support kepada sesama anggota yang mengalami kusta. Dari organisasi PerMaTa dan juga dukungan keluarga Kak Yuliati bisa bangkit dari keterpurukan dan melawan stigma negatif yang ada di masyarakat terkait penyakit kusta.

Dan Kak Yuliati sebagai OYPMK sering sosialisasi ke masyarakat untuk menyadarkan mereka tentang kusta yang tidak menakutkan, bahkan bisa disembuhkan. Dengan cara door to door mau pun ke sekolah-sekolah untuk sosialisasi penyakit kusta.

Terakhir, dalam menghadapi kusta penting bagi wanita untuk memiliki pengetahuan, dukungan, dan akses ke tempat perawatan medis yang diperlukan. Dengan pendidikan dan kesadaran yang tepat, wanita dapat membantu mengatasi stigma seputar penyakit kusta dan berperan dalam pencegahan serta pengobatan yang lebih efektif.  Dan pada dasaranya, kusta itu dapat disembuhkan asal segera mendapatkan penanganan yang tepat.

~Terima kasih

Dayu Anggoro

Penyandang disabilitas yang hobi jalan dan kulineran. (Follow IG & twitter @abangdayu- email dayuag16@gmail.com)

Related Articles

4 Comments

  1. Beneeer. Kusta itu ga lagi penyakit yg dianggab kutukan, pasiennya wajib di kucilkan, dikurung dll. Bersyukur bahwa obat utk kusta sudah ditemukan hingga pasien bisa sembuh 100%.

    Aku ngajarin anak2ku ttg penyakit ini, supaya mereka tahu dan setidaknya paham kalau kusta bukan penyakit mengerikan. Tau sendiri anak2 Skr suka menelan apapun mitos secara mentah2. Jadi perlu selalu dibimbing biar ga salah. Bagus loh kalo program pengenalan kusta diadakan di sekolah. Jadi kan lebih banyak murid tahu ttg penyakit ini. Lebih bagus lagi kalau mereka bisa menjelaskan kepada orang rumahnya juga. Orang2 tua termasuk yg biasanya termakan oleh mitos kusta

  2. Aku pribadi dulu termasuk yang menganggap kusta itu mengerikan dan takut ketularan (waktu masih SD/SMP) soalnya kan pernah tuh ada di pelajaran sejarah yang tentang pulau tempat pembuangan penderita kusta. Terus dikasih tahu sama ibuku kalau kita justru harus peduli sama penderita kusta dan memberikan dukungan. Lambat laun berubah deh pemikiran aku dan ya betul banget mereka tuh harus kita support. JAdi suka malu sendiri kalau inget dulu aku punya pandangan begitu sama penderita kusta.

    Alhamdulillah ya sekarang sudah ada obatnya juga. Seneng banget dengernya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker