
Sejak saya memutuskan untuk resign dan pindah ke Bandung pada akhir tahun 2022 yang lalu, saya banyak belajar dan mengetahui hal baru tentang tradisi serta budaya yang ada di tanah Sunda. Salah satunya adalah tradisi Botram, tradisi ini merupakan suatu bentuk perjamuan atau makan bersama yang melibatkan keluarga, tetangga, dan teman-teman dekat.
Tradisi ini biasanya dilakukan pada acara-acara tertentu seperti pernikahan, khitanan, atau acara adat lainnya. Botram dilakukan dengan cara duduk bersila di atas tikar dan makan bersama menggunakan tangan tanpa menggunakan sendok atau garpu, yang beralaskan daun pisang.
Asal Usul Botram
Dalam beberapa sumber yang saya baca, tradisi ini memang sudah ada sejak lama. Berdasarkan penjelasan Prof Murdijati Gardjito selaku ahli kuliner dari Universitas Gajah Mada, beliau mengatakan “bagi masyarakat Sunda kebiasaan memakan dengan cara ini dulunya hanya dilakukan oleh para petani”.
Namun saat ini, tradisi Botram bisa dilakukan oleh semua kalangan, tidak hanya petani saja. Biasanya, saya bersama keluarga melakukan botram di tempat wisata seperti pada saat saya menjelajahi Kebun Teh Jangkung Malabar, kalian bisa membaca artikelnya di Kebun Teh Jangkung Malabar, Wisata Alam yang Eksotis.
Kami melakukan Botram atau makan bersama dengan keluarga di tempat wisata dengan pemandangan alam yang indah. Karena, semakin berkembangnya zaman, tradisi botram bisa dilakukan oleh siapa saja, kapan saja, dan di mana saja. Tidak harus saat merayakan hari besar atau pun pesta pernikahan.
Waktu Pelaksanaan Tradisi
Kalau pada zaman dulu, pelaksanaan Botram membutuhkan beberapa persiapan yang matang agar bisa dilaksanakan dengan khidmat agar berjalan dengan lancar. Persiapannya seperti berikut ini:
Menyiapkan Makanan: Untuk memulai acara Botram, masyarakat Sunda biasanya mempersiapkan beragam hidangan tradisional. Makanan-makanan khas seperti nasi liwet, sambal, ikan goreng, sayur asem, dan peuyeum (makanan dari tape singkong) sering menjadi bagian dari menu Botram.
Membuat Nasi Liwet: Nasi liwet merupakan hidangan yang tak terpisahkan dalam acara Botram. Nasi liwet dimasak dengan menggunakan bumbu khas, seperti daun salam, lengkuas, serai, dan kelapa parut, dan sebagainya. Proses memasak nasi liwet ini membutuhkan waktu yang cukup lama dan dilakukan dengan teliti.
Menyusun Daun Pisang: Setelah semua hidangan siap, masyarakat Sunda menyusun daun pisang sebagai alas untuk meletakkan nasi liwet dan hidangan lainnya. Proses penyusunan daun pisang ini dilakukan dengan keahlian agar tampilan Botram terlihat indah dan menarik.
Berkumpul Bersama: Setelah semua hidangan tersusun rapi, keluarga, tetangga, atau pun teman-teman dekat berkumpul di satu tempat. Biasanya, Botram dilakukan di halaman rumah atau di bawah rindangnya pohon besar. Semua orang duduk bersila di sekitar daun pisang yang telah disiapkan.
Menikmati Makan Bersama: Botram dimulai dengan bersama-sama mengambil makanan yang disajikan di atas daun pisang. Setiap orang mengambil hidangan sesuai dengan selera mereka, mencampurkan berbagai rasa yang ada dalam satu hidangan. Selama makan, percakapan hangat dan tawa riang memenuhi suasana.
Kalau zaman sekarang, seperti yang pernah saya lakukan dengan keluarga, untuk Botram bisa menggunakan makanan apa pun dan tidak harus liwetan. Selain itu juga tidak harus selalu menggunakan daun pisang apabila Botramnya dilakukan di tempat wisata. Bisa dibilang melakukan tradisi Botram pada saat ini, bisa menyesuaikan tempat dan keadaan.
Nilai Kebersamaan dalam Botram
Selanjutnya, tradisi ini tidak hanya tentang makan bersama saja, tetapi juga tentang memperkuat ikatan sosial dan nilai-nilai kebersamaan dalam masyarakat Sunda. Melalui tradisi ini, masyarakat Sunda menunjukkan rasa saling peduli, kebersamaan, dan persaudaraan antar anggota keluarga. Berikut merupakan beberapa nilai kebersamaan yang tercermin dalam Botram:
Gotong Royong: Tradisi ini juga mengajarkan nilai gotong royong, di mana semua anggota masyarakat Sunda berkontribusi dalam persiapan acara. Mereka bekerja sama untuk menyiapkan makanan, mengatur tempat duduk, dan menciptakan suasana yang hangat dan ramah.
Saling Berbagi: Botram merupakan momen di mana orang-orang Sunda saling berbagi makanan dan kebahagiaan. Setiap hidangan yang disajikan diletakkan di tengah-tengah meja dan dapat diambil oleh siapa saja. Ini menunjukkan semangat berbagi dan tidak ada batasan dalam memberi makanan kepada orang lain.
Menjaga Tradisi: Botram merupakan cara untuk menjaga tradisi dan warisan budaya orang Sunda. Dengan melibatkan generasi muda dalam persiapan dan pelaksanaan Botram, nilai-nilai budaya tersebut dapat diteruskan dan dilestarikan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Menghargai Kebinekaan: Tradisi ini juga menjadi momen yang melibatkan tetangga dan teman-teman dekat yang berasal dari berbagai latar belakang budaya. Hal ini mengajarkan masyarakat Sunda untuk menghargai keberagaman dan kebinekaan dalam lingkungan mereka.
Membangun Jaringan Sosial: Dalam acara Botram, orang-orang memiliki kesempatan untuk bertemu dan berinteraksi dengan tetangga, kerabat, dan teman-teman dekat. Ini memperkuat hubungan sosial dan membangun jaringan yang erat antar anggota keluarga atau pun masyarakat Sunda.
Kesimpulan Dari Tradisi Ini
Botram merupakan tradisi khas orang Sunda yang tidak hanya tentang makanan, tetapi juga tentang memperkuat ikatan sosial dan nilai-nilai kebersamaan. Melalui persiapan dan pelaksanaannya, masyarakat Sunda menunjukkan semangat gotong royong, berbagi, dan menjaga tradisi.
Acara ini juga memberikan kesempatan bagi orang-orang untuk menghargai keberagaman budaya dan membangun jaringan sosial yang kuat. Botram merupakan cara yang unik dan istimewa bagi masyarakat Sunda untuk merayakan kebersamaan dan memperkuat ikatan mereka.
Terakhir, saya harap tradisi ini akan terus terjaga di masyarakat sunda agar tetap mempererat hubungan sosial antara keluarga dan masyarakat. Meski pun saya bukan orang asli Sunda, tetapi saya sangat menikmati dan menyukai tradisi yang satu ini.
Cukup sekian ulasan saya tentang tradisi Botram, apabila ada kesalahan dalam cerita dan penulisan mohon dimaafkan.
~Terima Kasih Sudah Membaca 😀
Baca Juga Artikel Abang Dayu Lainnya:
Switch Career From IT to Freelance Writer
Berarti aku pernah ngelakuin ini, zaman msh sekolah dulu, tapi ya nyebutnya piknik . Makan bareng, pakai tikar, dengan view yg cakep bikin selera makan meningkat. Kdg makanannya pake bungkus daun pisang. Cuma seringnya bukan liwetan.
Seru memang, dan aku sukaaa . Sesimple apapun makanannya, tapi kalo dimakan rame2 gitu, apalagi spotnya bagus, pasti terasa enak
Beda daerah beda nama ya Kak, tanpa sadar kita udah sering ngelakuin hal ini hehe.