Pendakian Gunung Kerinci saya lakukan pada awal bulan Maret 2019, sebelumnya tidak pernah terbayangkan oleh saya bisa mendaki gunung tertinggi di pulau Sumatera ini. Karena Gunung Kerinci termasuk salah satu Gunung berapi tertinggi di Asia Tenggara, dengan ketinggiannya yang mencapai 3.805 Meter di Atas Permukaan Laut (Mdpl).
Sekilas Tentang Gunung Kerinci
Gunung Kerinci pun sangat dikenal oleh kalangan pendaki gunung sebagai salah satu dari Seven Summits Indonesia (seperti yang pernah diulas oleh blog manusialembah.com). Atau 7 Gunung tertinggi di Indonesia dan menempati urutan kedua, setelah Carstensz Pyramid di Papua. Gunung ini masuk dalam Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), yang mana masih terdapat banyak hewan liar seperti Harimau Sumatera.
Persiapan Awal Menuju Pendakian Gunung Kerinci
Jakarta, Rabu 06 Maret 2019.
Tas Cerrier 65 Liter dan 1 day pack 10 Liter sudah siap sedia, saya langsung pamit kepada Ibu untuk melakukan pendakian yang kurang lebih akan memakan waktu sampai 5 hari. Restu orang tua adalah salah satu faktor penentu sukses atau tidaknya pendakian gunung, menurut saya loh ya hehehe. Saya berangkat menuju Bandara menaiki Bus Damri meski hari masih siang.
Transportasi Menuju Bandara Soekarno Hatta
Saya sengaja berangkat lebih awal, karena tidak ingin terburu-buru ketika check in, dari rumah saya naik KRL menuju Stasiun Gondangdia, dilanjut ojek online menuju Stasiun Gambir. Dari Stasiun Gambir, saya dan partner yang ikut mengantar ke Bandara, menaiki Bus Damri tujuan Bandara Soetta dengan ongkos 40 ribu. Tiketnya Bus Damrinya sendiri bisa dibeli di loket yang ada di tempat tunggu keberangkatan bus, atau bisa juga dibeli di dalam Bus.
Perjalanan menuju Bandara Soetta kurang lebih ditempuh dalam waktu sekitar 1 jam 40 menit, karena waktu itu hari masih siang. Jadi kondisi jalan tidak terlalu macet sehingga perjalanan lebih lancar. Sekitar jam 4 sore kalau tidak salah, kami sampai di Terminal 2F Bandara Internasional Soekarno Hatta.
Perjalanan Menuju Padang dan Jambi
Sesampainya di Bandara, setelah solat dan menunggu dengan santai sambil mengobrol ringan dengan partner sampai dekat waktu check in. Saya pamit kepada partner yang mengantar dan akan susah berkomunikasi selama kurang lebih beberapa hari. Selesai pamit dan check in, lalu saya singgah sebentar di musala Bandara untuk salat isya sekitar jam 19.15. Dan dilanjut berjalan ke ruang tunggu untuk menaiki pesawat menuju Padang.
Sampai di Bandara Internasional Minangkabau, sudah banyak anggota lain yang menunggu. Mereka naik pesawat yang berbeda-beda, ada yang sudah datang dari siang dan sore. Ketika semua sudah berkumpul, kami mulai berjalan ke parkiran untuk naik ke mobil jemputan.
Perjalanan dari Bandara Internasional Minangkabau menuju Desa Kersik Tuo, Kecamatan Kayu Aro, Jambi, menempuh waktu kira-kira 7 jam perjalanan. Namun semua itu tidak terasa, karena kami melakukan perjalanan pada malam hari. Tentunya, di sepanjang jalan kami bisa istirahat tidur di mobil jemputan untuk menyiapkan tenaga esok hari.
Baca Juga Artikel Pendakian Lainya : Gunung Papandayan
Tiba di Kerinci dan Melakukan Persiapan Pendakian
Pagi hari kami tiba di Base Camp kayu Aro, setelah menurunkan barang, saya dan teman-teman langsung packing ulang dan mencari kamar mandi. Udara pagi masih terasa dingin membuat mandi lebih menyegarkan. Seluruh tim sudah berkumpul di Base Camp (kecuali tim darat yang masih di perjalanan dan menyusul) untuk bongkar muat, dan juga menitipkan barang yang tidak perlu dibawa saat pendakian.
Selain itu, kami juga mampir ke pasar yang berada tidak jauh dari Base Camp. Sekadar mengisi perbekalan untuk di perjalanan, selain logistik, membeli gas portable, cemilan, dan air mineral botol yang dibutuhkan adalah hal wajib bagi kami.
Pukul 10.00 wib semua anggota sudah berkumpul untuk memulai perjalanan, berdoa sebelum berangkat pun menjadi ritual wajib sebelum berangkat. Mobil jemputan yang akan mengantar kami sudah menunggu. Saya dan teman-teman mulai naik satu per satu ke dalam mobil pick up, dan perjalanan pun dimulai.
Start Pendakian, Menuju Pos Registrasi (R10) – Pintu Rimba – Pos 1
Mobil berjalan di tengah kebun teh yang indah menyusuri Desa Kersik Tuo dengan pemandangan Kerinci di depan kami, sebelum sampai pintu gerbang pendakian. Mobil pun berhenti sejenak di pos registrasi (R10) untuk melakukan registrasi pendakian, mobil mulai bergerak ketika semua urusan registrasi selesai dan perjalanan dilanjut menuju pintu rimba.
Pintu rimba, adalah gerbang pendakian Kerinci sekaligus titik awal dimana petualangan menapaki atap Sumatera dimulai. Dari pintu rimba jalan yang masih berupah tanah lapang dan juga landai serta vegetasi masih sangat rapat. Sepanjang perjalanan dari pintu rimba hingga pos 1, tidak kami temui kendala apa pun. Sesampainya di pos 1 kami semua beristirahat sejenak, sekadar menstabilkan napas dan makan cemilan yang kami bawa.
Baca Juga Artikel Pendakian Lainya : Gunung Andong dan Pesona Alamnya yang Indah
Pos 1 – Pos 2 (Batu Lumut)
Perjalanan dilanjut dari pos 1 menuju pos 2 yang masih terdapat bonus untuk kami, tetapi jalur menanjak sudah semakin terlihat. Namun tidak begitu masalah, karena masing-masing anggota masih menyimpan banyak tenaga. Keindahan hutan Kerinci juga kicauan burung di hutan menemani kami sepanjang perjalanan.
Perjalanan dari pos 1 menuju pos 2 tidak ada hambatan, kami lalui dengan lancar. Pos 2 atau yang dinamakan pos Batu Lumut, kami rehat sejenak untuk kembali mengisi tenaga. Pos 2 ini ketinggiannya sudah berada di 2.010 Mdpl kawan, membuat hawa sejuk makin terasa. Apalagi ditambah vegetasi yang masih rapat membuat kami teduh dan tidak terlalu tersengat sinar matahari.
Pos 2 – Pos 3
Perjalanan berlanjut ke pos 3, dengan tenaga yang masih fresh membuat perjalanan ceria dan tidak ada hambatan. Ketika di pos 2, kami sudah sepakat untuk makan siang dan istirahat sejenak di pos 3. Kurang lebih 1 jam perjalan yang kami tempuh dari pos 2 menuju pos 3. Di pos 3 kami istirahat dan makan siang, sekaligus saya menunaikan ibadah salat zuhur.
Oh ya kawan, pos 3 Gunung Kerinci ini tempatnya cukup luas dan memungkinkan kita mendirikan beberapa tenda. Apalagi di pos 3 ini ada sungai yang indah sebagai mata air yang bisa dimanfaatkan oleh pendaki untuk isi ulang air sebagai perbekalan. Namun, sangat tidak dianjur untuk para pendaki mendirikan tenda dari pos 1 sampai pos 3. Alasannya, karena jalur dari pos 1 sampai pos 3 masih dilalui oleh Harimau Sumatera. Maka dari itu, batas aman pendaki untuk mendirikan camp adalah dari Shelter 1 hingga Shelter 3.
Karena hari sudah semakin siang, di pos 3 kami sepakat untuk menentukan tempat camp ketika sampai Shelter 1. Sebagian rombongan jalan duluan dipimpin oleh salah satu cp pendakian. sedangkan cp lainnya dan sebagian rombongan jalan belakangan termasuk saya di tim belakang. Rombongan terpisah menjadi 2 kelompok.
Pos 3 – Shelter 1
Setelah saya dan Yudha orang terakhir yang selesai salat dan makan, kami rombongan belakang mulai melanjutkan perjalanan. Perjalanan menuju Shelter 1 mulai menanjak, jalur pendakian didominasi oleh akar-akar yang menjulang. Saya seperti teringat ketika melakukan Pendakian Gunung Slamet, melewati jalur menjak dengan sedikit bonus.
Di perjalanan menuju Shelter 1 salah satu teman kami yaitu Adit mulai kelelahan dan batuk-batuk. Ya, karena dari pos 3 medan pendakian sudah semakin berat. Ketika kami sampai di Shelter 1 yang sudah mulai kelelahan, emosi memuncak drastis. Mengapa tidak, karena di pos 3 kami sepakat berunding untuk camp di Shelter 1 atau Shelter 2. Tetapi rombongan yang jalan lebih dulu sudah tidak ada ketika kami sampai di Shelter 1, Arrgghhhh gumam saya dalam hati.
Oh ya, Shelter 1 ini tempatnya cukup luas untuk camp dengan kapasitas bisa lebih dari 7 tenda. Shelter 1 juga merupakan titik aman bagi pendaki untuk mendirikan tenda dan dianjurkan minimal camp di Shelter 1. Tempat ini cukup indah, karena cukup terbuka, pemandangan lereng gunung Kerinci pun terlihat eksotis.
Shelter 1 – Shelter 2
Selesai istirahat di Shelter 1 dan meredakan emosi karena dikasih harapan palsu oleh rombongan depan. Kami mulai berjalan lagi dengan kondisi badan sudah mulai lelah dan tenaga juga mulai terkuras. Alasan kami menyusul rombongan depan karena sebagian besar tenda dan logistik ada di tim kami.
Perjalanan menuju Shelter 2 semakin menguras tenaga, selain karena jalur ini adalah jalur terpanjang di Gunung Kerinci dan didominasi oleh akar. Tidak jarang kami harus memanjat akar-akar (seperti panjat terbing) yang menjulang untuk melalui jalur ini.
Di tengah perjalanan kami istirahat sebentar untuk rehat, ketika rehat kami harus membuka flysheet karena anginya sangat kencang seperti badai mulai menghantam badan kami yang kelelahan. Ketika angin sudah berangsur-angsur menghilang, kami memulai perjalanan kembali dengan jalur yang masih sama, menanjak juga harus memanjat.
Hampir 4 jam perjalanan dan kondisi sudah mulai gelap, lalu kami mulai melihat di depan ada beberapa tenda, ah mungkin sepertinya Shelter 2 sudah di depan mata pikir saya. Namun ternyata, kami baru sampai di Shelter 2 bayangan. Di Shelter 2 bayangan sudah banyak tenda yang berdiri dan lahan untuk camp pun penuh. Lalu kami berhenti sejenak untuk mengontrol napas yang sudah ngos-ngosan dan juga kelelahan.
Dan perjalanan dilanjut menuju Shelter 2 Gunug Kerinci, dari Shelter 2 bayangan, untuk menuju Shelter 2 sudah sangat dekat. Hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit perjalanan. Dengan sisa-sisa tenaga yang ada, kami rombongan belakang mulai jalan perlahan ke Shelter 2.
Tiba di Shelter 2 dan Mendirikan Tenda Untuk Camp
Sampai di Shelter 2 sekitar jam 8 malam dan sudah mendapat lahan camp, kami langsung mendirikan tenda serta buru-buru mengganti baju yang lembab dengan baju kering. Mengganti baju kering gunannya agar tubuh kita hangat dan menghindari risiko yang tidak diinginkan. Setelah ganti baju, mulailah kami mengeluarkan stok logistik yang melimpah untuk dimasak.
Menu makan malam waktu itu kalau tidak salah soto ayam yang begitu nikmat. Dengan minuman hangat yang kami buat dapat memulihkan tenaga. Setelah acara masak-masak dan makan bersama selesai, kami langsung tidur untuk menyiapkan tenaga esok hari. Esok hari kami sepakat untuk summit sekitar jam 5 pagi, berbeda dengan rombongan depan kami yang akan summit jam 3 pagi.
Sekitar jam 4.30 saya sudah terbangun, Caesar yang tidur di sebelah saya segera saya bangunkan. Dan ternyata dia juga sudah bangun sejak tadi, badan yang masih lemas dan lelah membuat kami malas gerak hahaha. Tapi semangat untuk mencapai puncak Kerinci membangunkan kami dari dekapan Sleeping Bag. Kami yang merupakan rombongan kelompok belakang atau kami menyebutnya Tim Tourist sudah siap berkumpul.
Persiapan Summit, Shelter 2 – Shelter 3
Sebelum memulai summit attack menuju puncak Gunung Kerinci, kami sarapan dulu untuk mengisi tenaga. Selain itu juga tim kami menyiapkan perbekalan yang akan dibawa summit. Hari masih gelap kami berdoa sebelum summit, memohon kepada Tuhan agar dilancarkan dan terhindar dari hal yang tidak diinginkan. Lepas berdoa summit attack pun dimulai.
Jalur akar dengan sedikit teknik memanjat masih harus kami lalui dari Shelter 2 menuju Shelter 3. Kami berjalan rapat agar rombongan tidak ada yang tertinggal, sesekali kami berhenti untuk minum dan mengatur nafas. Semakin dekat dengan Shelter 3 vegetasi makin terbuka juga angina makin terasa kencang. Kami menempuh 1 Jam perjalanan dari Shelter 2 ke Shelter 3.
Sekitar jam 6 pagi kami sampai di Shelter 3, matahari mulai terbit dan pemandangan Danau Gunung Tujuh terlihat indah di kejauhan. Di Shelter 3 kami bertemu tim darat yang menyusul, Afri, Egar, dkk ternyata mereka camp di Shelter 2 bayangan. Setelah mengisi tenaga dengan istirahat melihat mata hari terbit dengan sedikit cemilan biskuit.
Shelter 3 – Tugu Yudha
Perjalanan dilanjut menuju Tugu Yudha, dari Shelter 3 keadaan vegetasi sudah mulai terbuka. Pohon-pohon cantigi mulai banyak kami temui di sepanjang perjalanan menuju Tugu Yudah. Batas vegetasi sudah semakin dekat dan terpaan angin kencang mulai terasa.
Sampai di Tugu Yudha kami kembali mengatur napas dan istirahat sebentar, oh ya tempat ini dinamakan Tugu Yudha. Karena ada seorang pendaki yang bernama Yudha Sentika dari SMA N 68 JAKARTA hilang dan abadi dalam pelukan Kerinci sejak 23 Juni 1990.
Tugu Yudha – Puncak Indrapura Gunung Kerinci
Lanjut lagi, setelah berhenti di Tugu Yudha dan melihat plakat sebagai pernghormatan beliau. Kami mulai berjalan perlahan menuju Puncak Indrapura, Puncak Gunung Kerinci. Jalur semakin miring dan bebatuan juga terpaan angin semakin kencang. Tetapi tidak menyurutkan semangat kami untuk menginjakkan kaki di atap Sumatera ini. Lagi-lagi saya teringat ketika tahun 2018 saat melakuka Pendakian Gunung Slamet di Jawa Tengah.
Track summitnya hampir mirip dengan gunung Slamet, ah itu cuma perasaan saya saja mungkin. Ketika puncak sudah mulai terlihat jelas, semangat saya semakin bertambah. Kurang lebih 1 jam perjalan akhirnya pada hari Jumat 08 Maret 2019 saya dan tema-teman berhasil menginjakkan kaki di atas Gunung Api tertinggi di Indonesia.
Alhamdulillah saya sujud syukur telah mencapai Puncak Gunung Kerinci dengan kondisi cuaca sangat cerah dan terik. Kami istirahat di puncak sambil mengabadikan momen foto tentunya. Rasa syukur kepada Tuhan dan berkat restu dari orang tua membuat perjalanan lancar dan ketika di puncak cuaca cerah. Pemandangan alam dari Puncak Kerinci yang sangat indah tidak bisa terlupakan oleh kami.
~Terima kasih
Mas keren deh bisa sampai puncak gunung kerinci. Btw, persiapannya apa aja mas, latihan fisik gitu gak sih?
Persiapannya selain fisik dan mental, peralatan juga biaya harus dipersiapkan matang-matang.
Wuaaa mantap banget mas
Muncak di Kerinci dan tetap segar bugar sampai di atas
Duh aku kangen naik gunung kalau lihat postingan begini
Tapi kayaknya sekarang udah gak kuat deh, jalan datar aja udah ngos-ngosan
Belum lagi kudu bawa bocah huhuhu
Heheheh, asal ada niat pasti bisa Mbak.
Mantaaapp, baca ini jadi kangen nanjak. Dulu pas kuliah sering main di gunung, karena memang kuliahnya main di hutan hihii. Tapi belum sempat maen ke luar Jawa, udah keburu nikah wkwkwk. Btw, viewny oke banget yaa, bikin mupeng.
Wah iyah Mbak, gunung kadang selalu bikin kangen kalau udah lama gak dikunjungin.
Aku dari zaman kuliah (berarti 4 tahun lalu), kepingin coba naik gunung. Tapi paling bingung tuh nyari temen yang mau nemenin pemula 🙁
Wahahah biasanya di open trip atau ajak temen di komunitas banyak yg mau ko yang mau nemenin pemula.
Seru banget kalo baca kisah tentang naik gunung kayak gini. Saya sendiri baru 1x naik Gunung, ke Rinjani 6 tahun lalu. Itu pun baru nyampe rim saja dan ngga kuat ikut ke summit.
Keren tulisannya
Wahhh Rinjani salah satu inceran yang pengen saya datengi.
Warbyasaaa pendakiannya.. Selamat Kak sudah sampai Puncak Kerinci.. Jalurnya berat juga ya, fisik mental mesti kuat. Kalo di Kerinci ada cerita-cerita mistis gitu nggak ya?
Iyah Kak makasih, wah kalo mistis sebenernya banyak cuma gak saya ceritain. Cukup yang indah-indahnya aja hehehe.
Kalau mendaki gunung gitu apakah selalu hawanya dingin? Soalnya kan menanjak yak terus keringatan jadinya badan panas
Kalau dalam keadaan jalan di track pasti panas, karena tubuh kita bergerak dan mengeluarkan keringat. Makanya tidak dianjurkan kalau lagi jalan memakai jaket tebal, biar sirkulasi udaranya lancar. Kecuali pas lagi summit attack yah, baru gpp make jaket tebal.
Bagi saya, mendaki gunung itu kereeeen.
Musti bisa mengelola emosi, agar tidak egois dan peduli dengan teman.
Terima kasih Mas, sesekali cobalah mendaki hehehe.
Pas bagian tugunya bikin sedih. Apapun di balik kisahnya, cerita pendaki yang hilang/tewas memang bikin sedih.
Begitu lihat view di puncak, langsung terkagum-kagum. Makanya banyak yang suka mendaki, meskipun capek, ya. Terbayar begitu sampai puncak 🙂
Iyah Mbak, banyak banget cerita ketika kita pulang mendaki.
Aku selalu senang sekali lihat teman-teman yang mendaki, kadang suka ada perasaan ingin ikutan tapi apalah nyaliku kecil sekali kalau disuruh naik gunung. Selalu kepengen lihat sunrise yang cantik dari atas gunung padahal.
Ke Gunung-Gunung yang gak begitu tinggi aja Mbak atau bukit buat nikmatin sunrise heheh.
“Restu orang tua adalah salah satu faktor penentu sukses atau tidaknya pendakian gunung, menurut saya loh ya ”
Bener banget inih bang..orang tua khususnya ibu adalah senjata ampuh untuk panjatkan doa ke Yang Maha Kuasa.
Nah iyah Mas, karena doa orang tua bisa bikin selamat dari pergi sampai pulang.
saya selalu kepengen naik gunung bareng anak-anak, semoga deh anak-anak juga bisa menikmati aktivitas ini
Bisa dimulai dari tempat camping yang ada jalur track seperti di bogor kalau mau bawa anak-anak Mbak hehe.